Oleh
Dian ekatama
Pustakawan BPAD Prov Babel
Pustakawan BPAD Prov Babel
Setiap orang pasti punya definisi masing-masing tentang
perpustakaan. Hal itu tergantung dari segi mana mereka melihatnya dan latar
belakang masyarakat yang menilainya. Namun secara umum, masyarakat
mengidentikkan perpustakaan sebagai ruangan tempat penyimpanan dan peminjaman
buku. Karena pemahaman yang sederhana itu membuat perpustakaan belum memiliki
daya tarik yang besar. Padahal dalam pembentukan perpustakaan yang ideal
membutuhkan kerjasama yang baik dengan pemakai. Pustakawan bisa menjadi mitra
dengan pemustaka perpustakaan. Tanggung jawab dalam membangun perpustakaan
bukan saja milik pemerintah dan pustakawan, Akan tetapi semua pihak dan elemen
masyarakat yang peduli akan perpustakaan. Perpustakaan sebagai fasilitas
pendukung dalam dunia pendidikan. Sehingga perpustakaan tidak bisa dibiarkan
begitu saja, memerlukan perhatian khusus agar pembangunan perpustakaan tepat
sasaran.
Etika Pustakawan
Etika merupakan salah
satu cabang dari ilmu filsafat praktis yang merupakan suatu pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika dibagai
menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Masalah dasar
etika khusus adalah bagaimana seseorang harus bertindak dalam bidang tertentu,
dan bidang tersebut perlu ditata agar mampu menunjang pencapaian kebaikan
hidup manusia. Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika
individual dan etika sosial, yang keduanya berhubungan dengan tingkah laku
manusia sebagai warga masyarakat. Etika individual membahas kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai warga
masyarakat. Sedangkan etika sosial menyangkut hubungan antar manusia baik
hubungan yang bersifat langsung maupun dalam bentuk kelembagaan. Contoh
etika sosial antara lain, etika profesi , etika politik, etika bisnis, etika
lingkungan hidup, dan sebagainya. Etika sosial berfungsi membuat manusia
menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat, menurut semua dimensinya (Abbas-Hamami M.). Etika sosial
yang hanya berlaku bagi kelompok profesi tertentu disebut kode etik
(Sulistio-Basuki)
Organisasi Pustakawan
Pustakawan mempunyai organisasi yang disebut Ikatan Pustakawan
Indonesia, disingkat IPI yang merupakan sebuah organisasi profesi. Pustakawan
mempunyai tugas dan tanggungjawab kepada ilmu dan profesi yang
disandang dalam hubungannya dengan perpustakaan sebagai suatu lembaga,
pemustaka, rekan pustakawan, antar sesama profesi dan masyarakat pada umumnya.
Untuk membina dan membentuk karakter pustakawan, mengawasi tingkah laku pustakawan
dan sarana kontrol sosial, mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antar
sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat, menumbuhkan kepercayaan
masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan.
Sikap dan Prilaku Pustakawan
Latar
belakang pendidikan pustakawan beraneka ragam. Di mulai Pendidikan SMU plus
diklat perpustakaan, D2 perpustakaan, D3 perpustakaan, S1 sampai dengan S3
perpustakaan. Profesi sebagai pustakawan cukup diminati. Seperti halnya
pustakawan, semua pekerjaan pasti ada sisi positif-negatifnya. Bekerja sebagai
pustakawan memiliki kesenangan tersendiri bila kita jalani dengan tulus dan
ikhlas. Seperti halnya bimbingan dan pendidikan pemakai bagi pemustaka.
Pustakawan dituntut cakap dan terampil dalam menangani permasalahan
perpustakaan. Kemampuan untuk membiasakan diri tampil sebagai ahli-ahli
perpustakaan yang terlatih dan terdidik.
Pustakawan
yang berinsan dan mau berpikir jernih hendak mau dan tahu serta memilah milah
mana yang baik dan mana yang benar, mama yang harus didahulukan dan mana yang
harus dikerjakan. Berpikir jernih terhadap suatu pekerjaan, kerjasama antar
sesama pustakawan dan buanglah sifat iri, dengki dan suka mengusik kehidupan
serta pekerjaan orang lain. Ke tempat kerja sebaiknya diniatkan terlebih
dahulu. Bahwa ke ketempat kerja memang untuk bekerja. Tidak perlu membuat blok
blok antar sesama pustakawan. Sebaiknya yang tua mengajarkan kebaikan sehingga
bisa ditiru oleh rekan kerja yang lebih muda. Peka terhadap lingkungan sekitar,
sadar akan tanggung jawab dan mengerti apa yang harus dikerjakan. Sikap
mempengaruhi rekan kerja pada akhirnya akan menjadi bumerang dan berdampak bagi
diri sendiri. Berbuat baik, berbuat kearah positif itu dirasakan susah bagi mereka
yang sudah terbiasa “sakit” jika melihat teman bekerja.
Keingintahuan
terhadap ilmu yang kemudian dipelajari, dikerjakan adalah baik. Merusak tali
silahturahmi antar sesama pustakawan dirasa tidak mengenakkan. Sesama profesi
pustakawan yang hanya bekerja dibidang itu-itu saja sampai memasuki masa
pensiun, ada baiknya selalu menjaga hubungan baik, bekerja sama, komunikasi dan
pandai menempatkan diri. Menjadi diri sendiri, dan tidak perlu memihak,
membenci, mengikuti perilaku yang tidak baik yang bukan urusan kita. Perbedaan
ras, suku, agama dan latar belakang pendidikan bukanlah faktor penghambat dalam
suatu pekerjaan. Akan tetapi perbedaan itu indah yang merujuk pada
keanekaragaman individu.
Solusi
Berkarier sebagai pustakawan memiliki kesenangan tersendiri bagi
setiap individu pustakawan. Meskipun bukan petugas sosial, dirasa seperti
petugas sosial, karena menyampaikan informasi yang bernilai ilmu kepada
penggunanya. Bukan informasi sesat, akan tetapi informasi yang dapat membantu user dapat akses informasi yang diminta
seperti informasi yang terkait dengan bidang perpustakaan. Sebagai pustakawan
yang memiliki etika, hendaknya berkomitmen dalam mengembangkan bidang
perpusdokinfo, menggunakan hal-hal baru yang menunjang dan mengangkat martabat nama
baik perpustakaan, berkemauan untuk bersikap innovatif, memiliki kesadaran yang
tinggi dalam melayani pemustaka tanpa membedakan ras, suku, agama, golongan
maupun jabatan.
Pengambil Keputusan
Jabatan pimpinan di suatu SKPD merupakan posisi tertinggi di
lingkungan kerja. Selaku pimpinan harus dapat memanage stafnya. Seorang pimpinan harus berani mengambil keputusan
sekalipun itu berisiko. Berisiko disini adalah efek dari keputusan yang diambil
alih sang pimpinan. Bisa dikatakan pimpinan memiliki pendirian dan prinsip. Sikap
“Plin-plan” tidak diharapkan dalam mengambil keputusan dan memimpin stafnya.
Semua harus terkontrol sekalipun menimbulkan pro dan kontra dalam suatu lembaga
pekerjaan. Semua keputusan yang sudah diambil harus dijalankan sesuai dengan
ketentuan tertentu dan perlu mengindahkan aturan yang ada.
luar biasa sikap seorang pustakawan sejati...
ReplyDeleteKritik dan saran membangun siap diterima
ReplyDelete